Firmansyah Budi Prasetyo |
Pada zaman penjajahan dahulu, jika mendengar cerita kakek atau nenek, singkong dianggap penyelamat hidup masyarakat Indonesia. Saat itu jarang sekali ada yang mampu membeli beras untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Singkong atau roti sumbu lalu diolah menjadi tiwul dan menjadi makanan pokok.
Saat ini singkong dianggap makanan yang tak sederajat dengan hamburger atau fried chicken, apakah benar demikian? Tapi yang jelas singkong selalu diidentikkan dengan kemiskinan.
Namun setelah berada di tangan yang kreatif, singkong mampu bersaing dengan makanan bergengsi lainnya bahkan telah diolah berbagai rupa sebagai dessert di hotel dan restoran bintang lima.
Salah satu yang berhasil menaikkan gengsi singkong adalah Firmansyah Budi Prasetyo. Bagaimana kisah sukses Firmansyah menaikkan derajat singkong? Berikut ini Biografi Firmansyah Budi Prasetyo.
Biografi
Kalau dulu Firmansyah menuruti kata-kata ayahnya agar bekerja selepas lulus dari Fakultas Hukum UGM, mungkin Firmansyah tak bisa sesukses sekarang. Kemungkinan besar pendapatannya setahun masih dalam hitungan juta. Tidak seperti sekarang yang omset nya bisa mencapai miliaran rupiah hanya dengann berdagang singkong. Hah!!! Berdagang singkong? Gimana caranya? Apa singkong dipikul dan ditawarkan berkeliling kampung begitu? Tentulah tidak. Berikut ini kisah suksesnya.
Dengan jeli pria muda ini mengamati bahwa kebun singkkong bisa disulap menjadi emas. Ditangannya singkong diubah menjadi camilan yang laris dan disenangi banyak orang. Ia memiliki strategi sendiri agar produknya tak diremehkan orang yaitu dengan membuat merk yang cukup modern “Tella Krezz”.
Sebenarnya ia mmebangun bisnis ini tidak dari awal, Almarhum Ibunya dulu sempat membuat bisnis serupa dengan mengusung merk Homy Tela. Rupanya, usaha ini tak berjalan mulus karena promosi kurang bagus dan tak gencar serta pengelolaannya masih sangat konvensional.
Sebelum outlet itu tutup, Firman (begitu panggilan akrabnya) menyusun strategi untuk melakukan langkah inovasi. Singkong adalah makanan yang biasa di Yogyakarta, juga mudah didapat karena mudah ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pengolahannya bisa dilakukan dimanapun dan oleh siapapun. Di Yogyakarta saja , Firman biasa menghabiskan 300-500 kilogram per hari dan menghasilkan camilan hingga 2000 bungkus tergantung pada kualitas singkong yang ia dapat. Ia melakukan uji coba beberapa kali sampai menemukan resep untuk menghasilkan singkong yang lunak seperti kentang.
Panganan buatannya simple saja, singkong dipotong seukuran jari kelingking dan digoreng lalu dibumbui hingga rasanya bervariasi seperti gurih, pedas dan manis serta campuran. Kini ada 14 macam rasa yang unik. Firman juga mencoba invasi panganan baru yang rasanya unik tapi tetep berbahan dasar singkong.
Modal awalnya hanya 3 juta rupiah. Ia memiliki cara berpromosi sendiri salah satunya dengan rajin ikut pameran UKM. Dengan begitu ia bisa berkomunikasi langsung dengan konsumennya dan bisa memberikan masukan baginya. Setelah mengikuti pameran pesanan terus mengalir dari Yogya dan luar Yogya.
Pengembangan Usaha
Setelah melihat perkembangan Tella Krezz yang signifikan, Firman kemudian mulai berfikir untuk mem-franchise-kan Tela Krezz. Harga yang dipatoknya tidaklah mahal yaitu sekitar 3,5 hingga 6 juta untuk satu franchisenya. Uang itu sudah termasuk biaya pelatihan usaha, termasuk cara memilih singkong yang baik. Firman juga menerapkan sistem bahwa di setiap kota hanya boleh ada satu pembeli waralabanya, ini dilakukan untuk mencegah terjadinya persaingan tak sehat.
Firman tak hanya memikirkan kesuksesan usaha dan dirinya saja namun ia juga ingin membuka lapangan usaha sebanyak mungkin. Firman percaya bahwa orang Indonesia sebenarnya memiliki etos kerja yang bagus yaitu ulet dan kreatif jika diberikan kesempatan.
Hingga kini Tella Krezz telah memiliki 400 outlet lebih yang tersebar diseluruh nusantara dengan omset miliaran rupiah. Firman juga mengembangkan usaha lain dibawah bendera PT Homy Group yaitu laundry, warnet dan rental komputer.
Firman juga memikirkan kesejahteraan dan kesenangan karyawannya. Seperti mengadakan acara gathering dengan para pegawainya secara berkala. Firman yakin jika karyawan senang tentu mereka akan bekerja secara maksimal dan melayani pelanggan dengan maksimal pula.
Biodata
Nama : Firmansyah Budi Prasetyo
TTL : Semarang, 5 Desember 1981
Pendidikan
2000-2004 S1 Fak Hukum, UGM.
2001-2002 Jurusan Bahasa Inggris (Extension), Universitas Sanata Dharma
Nama Usaha
CV Cipta Mandiri Kresindo (Homy Group)
Penghargaan
2007 ISMBEA Award, Majalah Kementrian Koperasi dan Wirausaha dan Keuangan
2008 Finalis Wirausaha Muda Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar