Mohammad Baedowy |
Jika orang menganggap sampah sebagai barang yang menjijikkan, bagi Baedowi justru sebaliknya, sampah adalah harta karun. Dengan sampah kini ia bergelimang rupiah. Meski harus hengkang sebagai auditor di sebuah bank asing dan menjadi ‘pemulung’. Usaha yang dirintisnya sukses, sebagai juragan sampah yang mampu mengeksppor 2 kontainer biji sampah plastik ke China setiap minggu dengan omset menggiurkan.
Setiap kesuksessan itu memang perlu diperjuangkan. Kerja keras dan peras keringat Baedowy selama bertahun-tahun membuktikan itu. Berawal ditahun 2000 saat ia membidik peluang bisnis sampah plastik. Meski ia mantan seorang pekerja kantoran yang setiap hari berdasi, Baedowy sama sekali tak merasa risih harus bercengkrama dengan tumpukan sampah. Bahkan iapun tak ragu berkeliling berburu sampah ke setiap wilayah siang dan malam.
Namun daya juang Baedowy cukup kokoh. Ia seorang pejuang tangguh dan pantang menyerah. Ia nekad berbisnis dengan modal awal sekitar 50 juta yang dipakai untuk beli mesin, sewa lahan dan membuat bangunan sederhana. Di tahun kedua akhirnya dewi fortuna pun menyapa, bisnis yang ditekuninya semakin berkembang. Kini bijih sampah hasil olahannya diekspor ke China. “Satu kali ekspor bisa mencapai 20 ton. Setiap satu minggu bisa satu sampai dua kontaineran. Mengenai keuntungan ya kira-kira 500 rupiah per kilogram, “ ujar pria berusia 37 tahun ini. Dalam sehari mesin buatannya mampu menggiling hingga 3 ton bahan baku sampah plastik meski rata-rata hanya satu ton saja per harinya.
Ujian Bisnis
Baedowy Berburu Sampah |
Kesuksesan yang direguknya tentu tidaklah instan. Di tahun pertama, ia harus menemui beberapa kendala yang hampir saja membuatnya pesimis. “Kendala pasti adalah, bagi saya setidaknya ada dua hal teknis dan non teknis. Non teknis berupa ujian mental. Bisa dibayangkan, saya ini seorang sarjana, mantan pegawai bank yang sellau berdasi, tiba-tiba harus jadi pemulung tukang sampah, rasa-rasanya setiap orang pun akan malu tak terkecuali orang tua saya. Soal teknisberupa mesin yang selau ngadat. Hampir di satu tahun pertama saya disibukkan dengan membetulkan kondisi mesin agar bisa tampil prima, “ kilahnya.
Bahkan yang lebih tragis, sebelum itu, ia harus rela hengkang dari rumah kontrakannya karena tak kuat membayar uang sewaan. “Itu adalah masa yang paling menyedihkan dalam kehidupan saya. Saat itu, saya harus menitipkann istri dan anak-anak saya ke rumah orang tua saya. Sepertinya, peristiwa itu akan sellau teringat dalam benak saya,” kilahnya setengah mengeluh.
Tapi itu adalah dulu, sebelum ia menemukan sampah sebagai lumbung rejekinya. Baginya, semua itu dijadikan sebagai bahan pelajarann untuk beranjak menjadi lebih baik. Faktanya dengan kerja keras dan restu orang tua, meski dari sampah namun ia bisa menyedot rupiah. “Satu hal yang penting bagi saya, restu orang tua, itulah yang mendongkrak saya hingga berhasil,” aku ayah tiga anak ini.
Pemulung dan Mitra
Setelah 10 tahun berlalu, kini bisnis Baedowy semakin bergairah. Untuk bahan baku ia berdayakan lebih dari seratus pemulung. Bukan hanya itu, iapun sudah menggalang kerja sama dengann lebih dari 80 mitra kerja yang terhampar dari Aceh hingga Papua. “Saya bangga bisa memberdayakan para pemulung dan ibu-ibu disekitar pabrik pengolahan sampah. Selain itu, karena saya sudah menggalang dengan lebih dari 80 mitra di seluruh Indonesia, secara otomatis masyarakat disekitarnya pun turut diberdayakan. Di setiap satu pabrik bisa mempekerjakan lebih dari 60 orang,” imbuh pria lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang ini.
Untuk mitra kerja , tak segan ia memberikan pelatihan dari nol hingga menjadi piawai yang diadakan di seluruh kota. “Setiap mitra yang membeli mesin dari saya, saya berikan training hingga bisa, bahkan sampah hasil olahannyapun saya siap beli,” ungkap pemilik CV Majestic Buana Group yang bermarkas di jalan raya Cimuning, Mustika Jaya, Bekasi ini. Selain memberdayakan para pemulung, yang patut ditiru adalah ia tak pernah lupa sedekah. Secara rutin, Baedowy pun sering mengadakan acara tasyakuran dan sedekah pada anak-anak yatim piatu.
Kini selain berbisnis peraih beragam penghargaan seperti Dji Sam Soe Award, Kalpataru dan lainnya ini disibukkan dengan mengajar dan memberikan kuliah umum di beberapa universitas di tanah air. “Sampah adalah masalah besar bangsa kita. Tapi kalau diolah secara baik dan tepat dengan teknologi tepat pula, sampah pun bisa menjadi rupiah. Saya berobsesi untuk menyebar luaskan pengetahuan saya ini kepada seluruh masyarakat,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar